Selasa, 19 Juni 2012

Perlukah Pendidikan Berkarakter?

PEMERINTAH, melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD-Perguruan Tinggi. Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, kata Mendiknas, maka  tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Mendiknas mengungkapkan hal ini saat berbicara pada pertemuan Pimpinan Pascasarjana LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Sabtu (15/4/2010).

Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia, bisa dimaklumi, sebab selama ini dirasakan, proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.

Bahkan, bisa dikatakan, dunia Pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat pelik. Kucuran anggaran pendidikan yang sangat besar disertai berbagai program terobosan sepertinya belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul, yang beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter.

Dr. Ratna Megawangi, dalam bukunya, Semua Berakar Pada Karakter (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2007), mencontohkan, bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya, pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.

Dalam bukunya, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (2010), Doni Koesoema Albertus menulis, bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. Dalam pendidikan karakter, yang terutama dinilai adalah perilaku, bukan pemahamannya. Doni membedakan pendidikan karakter dengan pendidikan moral atau pendidikan agama. Pendidikan agama dan kesadaran akan nilai-nilai religius menjadi motivator utama keberhasilan pendidikan karakter.

Tetapi, Doni yang meraih sarjana teologi di Universitas Gregoriana Roma Italia, agama tidak dapat dipakai sebagai pedoman pengatur dalam kehidupan bersama dalam sebuah masyarakat yang plural. "Di zaman modern yang sangat multikultural ini, nilai-nilai agama tetap penting dipertahankan, namun tidak dapat dipakai sebagai dasar kokoh bagi kehidupan bersama dalam masyarakat. Jika nilai agama ini tetap dipaksakan dalam konteks masyarakat yang plural, yang terjadi adalah penindasan oleh kultur yang kuat pada mereka yang lemah," tulisnya.

Oleh karena itu, simpul Doni K. Albertus, meskipun pendidikan agama penting dalam membantu mengembangkan karakter individu, ia bukanlah fondasi yang efektif bagi suatu tata sosial yang stabil dalam masyarakat majemuk. Dalam konteks ini, nilai-nilai moral akan bersifat lebih operasional dibandingkan dengan nilai-nilai agama. Namun demikian, nilai-nilai moral, meskipun bisa menjadi dasar pembentuk perilaku, tidak lepas dari proses hermeneutis yang bersifat dinamis dan dialogis.

Sebagai Muslim, kita tentu tidak sependapat dengan pandangan Doni K. Albertus semacam itu. Sebab, bagi Muslim, nilai-nilai Islam diyakini sebagai pembentuk karakter dan sekaligus bisa menjadi dasar nilai bagi masyarakat majemuk. Masyarakat Madinah yang dipimpin Nabi Muhamamd saw, berdasarkan kepada nilai-nilai Islam, baik bagi pribadi Muslim maupun bagi masyarakat plural. Tentu kita memahami pengalaman sejarah keagamaan yang berbeda antara Katolik dengan Islam.

Namun, dalam soal pendidikan karakter bagi anak didik, berbagai agama bisa bertemu. Islam dan Kristen dan berbagai agama lain bisa bertemu dalam penghormatan terhadap nilai-nilai keutamaan. Nilai kejujuran, kerja keras, sikap ksatria, tanggung jawab, semangat pengorbanan, dan komitmen pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, bisa diakui sebagai nilai-nilai universal yang mulia. Bisa jadi, masing-masing pemeluk agama mendasarkan pendidikan karakter pada nilai agamanya masing-masing.

Terlepas dari perdebatan konsep-konsep pendidikan karakter, bangsa Indonesia memang memerlukan model pendidikan semacam ini. Sejumlah negara sudah mencobanya. Indonesia bukan tidak pernah mencoba menerapkan pendidikan semacam ini. Tetapi, pengalaman menunjukkan, berbagai program pendidikan dan pengajaran – seperti pelajaran Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara (PPKN), Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4),  – belum mencapai hasil optimal, karena pemaksaan konsep yang sekularistik dan kurang seriusnya aspek pengalaman. Dan lebih penting, tidak ada contoh dalam program itu!  Padahal, program pendidikan karakter, sangat memerlukan contoh dan keteladanan. Kalau hanya slogan dan ’omongan’, orang Indonesia dikenal jagonya!

Harap maklum, konon, orang Indonesia dikenal piawai dalam menyiasati kebijakan dan peraturan. Ide UAN,  mungkin bagus!  Tapi, di lapangan, banyak yang bisa menyiasati bagaimana siswanya lulus semua. Sebab, itu tuntutan pejabat dan orangtua. Guru tidak berdaya. Kebijakan sertifikasi guru, bagus! Tapi, karena mental materialis dan malas sudah bercokol, kebijakan itu memunculkan tradisi berburu sertifikat, bukan berburu ilmu!  Bukan tidak mungkin, gagasan Pendidikan Karakter ini nantinya juga menyuburkan bangku-bangku seminar demi meraih sertifikat pendidikan karakter, untuk meraih posisi dan jabatan tertentu.

*****

Mohammad Natsir, salah satu Pahlawan Nasional, tampaknya percaya betul dengan ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis: ”Suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya.”

Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah “guru” dan “pengorbanan”. Maka, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak “guru-guru yang suka berkorban”. Guru yang dimaksud Natsir bukan sekedar “guru pengajar dalam kelas formal”. Guru adalah para pemimpin, orangtua, dan juga pendidik. Guru adalah teladan. “Guru” adalah “digugu” (didengar) dan “ditiru” (dicontoh). Guru bukan sekedar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya.

Mohammad Natsir adalah contoh guru sejati, meski tidak pernah mengenyam pendidikan di fakultas keguruan dan pendidikan. Hidupnya dipenuhi dengan idealisme tinggi memajukan dunia pendidikan dan bangsanya. Setamat AMS (Algemene Middelbare School) di Bandung, dia memilih terjun langsung ke dalam perjuangan dan pendidikan. Ia dirikan Pendis (Pendidikan Islam) di Bandung. Di sini, Natsir memimpin, mengajar, mencari guru dan dana.  Terkadang, ia keliling ke sejumlah kota mencari dana untuk keberlangsungan pendidikannya. Kadangkala, perhiasan istrinya pun digadaikan untuk menutup uang kontrak tempat sekolahnya.

Disamping itu, Natsir juga melakukan terobosan dengan memberikan pelajaran agama kepada murid-murid HIS, MULO, dan Kweekschool (Sekolah Guru). Ia mulai mengajar agama dalam bahasa Belanda. Kumpulan naskah pengajarannya kemudian dibukukan atas permintaan Sukarno saat dibuang ke Endeh, dan diberi judul Komt tot Gebeid (Marilah Shalat).

Kisah Natsir dan sederet guru bangsa lain sangat penting untuk diajarkan di sekolah-sekolah dengan tepat dan benar. Natsir adalah contoh guru yang berkarakter dan bekerja keras untuk kemajuan bangsanya. Ia adalah orang yang sangat haus ilmu. Cita-citanya bukan untuk meraih ilmu kemudian untuk mengeruk keuntungan materi dengan ilmunya. Tapi, dia sangat haus ilmu, lalu mengamalkannya demi kemajuan masyarakatnya.

*****

Pada 17 Agustus 1951, hanya 6 tahun setelah kemerdekaan RI, M. Natsir melalui sebuah artikelnya yang berjudul “Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut”, Natsir mengingatkan bahaya besar yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu mulai memudarnya semangat pengorbanan. Melalui artikelnya ini, Natsir menggambarkan betapa jauhnya kondisi manusia Indonesia pasca kemerdekaan dengan pra-kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan, kata Natsir, bangsa Indonesia sangat mencintai pengorbanan. Hanya enam tahun sesudah kemerdekaan, segalanya mulai berubah. Natsir menulis:

“Dahulu, mereka girang gembira, sekalipun hartanya habis, rumahnya terbakar, dan anaknya tewas di medan pertempuran, kini mereka muram dan kecewa sekalipun telah hidup dalam satu negara  yang merdeka, yang mereka inginkan dan cita-citakan sejak berpuluh dan beratus tahun yang lampau… Semua orang menghitung pengorbanannya, dan minta dihargai…Sekarang timbul penyakit bakhil. Bakhil keringat, bakhil waktu dan merajalela sifat serakah… Tak ada semangat dan keinginan untuk memperbaikinya. Orang sudah mencari untuk dirinya sendiri, bukan mencari cita-cita yang diluar dirinya...”

Peringatan Natsir hampir 60 tahun lalu itu perlu dicermati oleh para elite bangsa, khususnya para pejabat dan para pendidik. Jika ingin bangsa  Indonesia menjadi bangsa besar yang disegani di dunia, wujudkanlah guru-guru yang mencintai pengorbanan dan bisa menjadi teladan bagi bangsanya.  Beberapa tahun menjelang wafatnya, Natsir juga menitipkan pesan kepada sejumlah cendekiawan yang mewawancarainya, ”Salah satu penyakit bangsa Indonesia, termasuk umat Islamnya, adalah berlebih-lebihan dalam mencintai dunia.”  Lebih jauh, kata Natsir:

”Di negara kita, penyakit cinta dunia yang berlebihan itu merupakan gejala yang ”baru”, tidak kita jumpai pada masa revolusi, dan bahkan pada masa Orde Lama (kecuali pada sebagian kecil elite masyarakat). Tetapi,  gejala yang ”baru” ini, akhir-akhir ini terasa amat pesat perkembangannya, sehingga sudah menjadi wabah dalam masyarakat. Jika gejala ini dibiarkan berkembang terus, maka bukan saja umat Islam akan dapat mengalami kejadian yang menimpa Islam di Spanyol, tetapi bagi bangsa kita pada umumnya akan menghadapi persoalan sosial yang cukup serius.” 

*****

Seorang dosen fakultas kedokteran pernah menyampaikan keprihatinan kepada saya. Berdasarkan survei, separoh lebih mahasiswa kedokteran di kampusnya mengaku, masuk fakultas kedokteran untuk mengejar materi. Menjadi dokter adalah baik. Menjadi ekonom, ahli teknik, dan berbagai profesi lain, memang baik. Tetapi, jika tujuannya adalah untuk mengeruk kekayaan, maka dia akan melihat biaya kuliah yang dia keluarkan sebagai investasi yang harus kembali jika dia lulus kuliah. Ia kuliah bukan karena mencintai ilmu dan pekerjaannya, tetapi karena berburu uang!

Kini, sebagaimana dikatakan Natsir, yang dibutuhkan bangsa ini adalah “guru-guru sejati” yang cinta berkorban untuk bangsanya. Bagaimana murid akan berkarakter; jika setiap hari dia melihat pejabat mengumbar kata-kata, tanpa amal nyata. Bagaimana anak didik akan mencintai gurunya, sedangkan mata kepala mereka menonton guru dan sekolahnya materialis, mengeruk keuntungan sebesar-besarnya melalui lembaga pendidikan.

Pendidikan karakter adalah perkara besar. Ini masalah bangsa yang sangat serius. Bukan urusan Kementerian Pendidikan semata. Presiden, menteri, anggota DPR, dan para pejabat lainnya harus memberi teladan. Jangan minta rakyat hidup sederhana, hemat BBM, tapi rakyat dan anak didik dengan jelas melihat, para pejabat sama sekali tidak hidup sederhana dan mobil-mobil mereka – yang dibiayai oleh rakyat – adalah mobil impor dan sama sekali tidak hemat.

Pada skala mikro, pendidikan karakter ini harus dimulai dari sekolah, pesantren, rumah tangga, juga Kantor Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama. Dari atas sampai ke bawah, dan sebaliknya. Sebab, guru, murid, dan juga rakyat sudah terlalu sering melihat berbagai paradoks. Banyak pejabat dan tokoh agama bicara tentang taqwa; berkhutbah bahwa yang paling mulia diantara kamu adalah yang taqwa. Tapi, faktanya, saat menikahkan anaknya, yang diberi hak istimewa dan dipandang mulia adalah pejabat dan yang berharta. Rakyat kecil dan orang biasa dibiarkan berdiri berjam-jam mengantri untuk bersalaman.

Kalau para tokoh agama, dosen, guru, pejabat, lebih mencintai dunia dan jabatan, ketimbang ilmu, serta tidak sejalan antara kata dan perbuatan, maka percayalah, Pendidikan Karakter yang diprogramkan Kementerian Pendidikan hanya akan berujung slogan! [Depok, Juni 2010/hidayatullah.com]

Kamis, 07 Juni 2012

Tokoh-Tokoh Yang Berperan Penting Dalam Matematika

Inilah tokoh-tokoh yang sangat berperan penting dalam bidang Matematika.
1. Thales (624-550 SM) 
    Dapat disebut matematikawan pertama yang merumuskan teorema atau proposisi, dimana tradisi ini menjadi lebih jelas setelah dijabarkan oleh Euclid. Landasan matematika sebagai ilmu terapan rupanya sudah diletakan oleh Thales sebelum muncul Pythagoras yang membuat bilangan.
2. Pythagoras (582-496 SM) 
    Pythagoras adalah orang yang pertama kali mencetuskan aksioma-aksioma, postulat-postulat yang perlu dijabarkan ter lebih dahulu dalam mengembangkan geometri. Pythagoras bukan orang yang menemukan suatu teorema Pythagoras namun dia berhasil membuat pembuktian matematis. Persaudaraan Pythagoras menemukan 2 sebagai bilangan irrasional.
3. Socrates (427-347 SM) 
    Ia merupakan seorang filosofi besar dari Yunani. Dia juga menjadi pencipta ajaran serba cita, karena itu filosofinya dinamakan idealisme. Ajarannya lahir karena pergaulannya dengan kaum sofis. Plato merupakan ahli piker pertama yang menerima paham adanya alam bukan benda.
4. Ecluides (325-265 SM) 
    Euklides disebut sebagai “Bapak Geometri” karena menemuka teori bilangan dan geometri. Subyek-subyek yang dibahas adalah bentuk-bentuk, teorema Pythagoras, persamaan dalam aljabar, lingkaran, tangen,geometri ruang, teori proporsi dan lain-lain. Alat-alat temuan Eukluides antara lain mistar dan jangka.
5. Archimedes (287-212 SM) 
   Dia mengaplikasikan prinsip fisika dan matematika. Dan juga menemukan perhitungan π (pi) dalam menghitung luas lingkaran. Ia adalah ahli matematika terbesar sepanjang zaman dan di zaman kuno. Tiga kaaarya Archimedes membahas geometri bidang datar, yaitu pengukuran lingkaran, kuadratur dari parabola dan spiral.
6. Appolonius (262-190 SM) 
    Konsepnya mengenai parabola, hiperbola, dan elips banyak memberi sumbangan bagi astronomi modern. Ia merupakan seorang matematikawan tang ahli dalam geometri. Teorema Appolonius menghubungkan beberapa unsur dalam segitiga.
7. Diophantus (250-200 SM)
    Ia merupakan “Bapak Aljabar” bagi Babilonia yang mengembangkan konsep-konsep aljabar Babilonia. Seorang matematikawan Yunani yang bermukim di Iskandaria. Karya besar Diophantus berupa buku aritmatika, buku karangan pertama tentang system aljabar. Bagian yang terpelihara dari aritmatika Diophantus berisi pemecahan kira-kira 130 soal yang menghasilkan persamaan-persamaan tingkat pertama.

Rabu, 06 Juni 2012

TIPS ASYIK BELAJAR MATEMATIKA

Matematika adalah mata pelajaran yang dianggap paling menyeramkan oleh anak,ini disebabkan karena matematika dianggap kaku dan sulit untuk dimengerti.Padahal matematika sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari,bahkan bagi orang biasa yang berpendidikan minim,misalnya  pedagang,pengemis,tukang bangunan,selalu menggunakan matematika untuk menghitung setiap penghasilan mereka.Secara otomatis mereka melakukan perhitungan matematika,baik penjumlahan,pengurangan maupun pembagian.Namun saat ini banyak anak-anak yang tidak mampu atau bahkan tidak mau mempelajari matematika karena merasa matematika sulit dan membosankan.Oleh karena itu diperlukan bimbingan dan peran serta guru dan orang tua disertai niat dari anak itu sendiri.
Berikut ini adalah beberapa tips agar anak-anak tertarik untuk mempelajari matematika dan mereka bisa dengan cepat mengerti pelajaran matematika.
A.Tips untuk para guru agar dapat membuat peserta didik merasa nyaman dan senang dalam belajar matematika di sekolah.
  1. Perencanaan mengajar matematika yang baik
  2.   Sebagai seorang guru yang baik dalam memberikan pelajaran harus mempunyai waktu untuk membuat persiapan dalam mengajar. Hal ini bertujuan agar guru mampu menyampaikan materi dengan sebaik-baiknya sehingga siswa mampu memahami apa yang diajarkan oleh guru.
  3. Pahami suasana kelas
  4.  Perhatikan suasana kelas anda,baik dari segi kebersihkan maupun kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika.Hal ini bertujuan agar tidak ada hal-hal yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya  proses pembelajaran.
  5. Gunakan permainan
  6.  Agar siswa tidak bosan,maka libatkanlah mereka dalam sebuah permainan matematika,misalnya permainan pasar-pasarnya.disini mereka dapat belajar penjumlahan,pengurangan,pembagian dan lain sebagainya.
  7. Penggunaan media belajar yang bersifat konkret
  8.  Gunakanlah benda-benda yang konkret yang berada di lingkungan sekitar peserta didik dalam menjelaskan materi yang disampaikan,agar siswa mampu melihat langsung apa yang dimaksud oleh guru,misalnya untuk mengajarkan materi pecahan,kita dapat menggunakan sebuah apel,yang dipotong menjadi dua untuk menunjukan ½.
  9.  Penggunaan cerita
  10.  Ceritakanlah sebuah cerita anak-anak yang didalamnya berisi konsep matematika,untuk lebih jelasnya mungkin dapat diperagakan langsung.sehingga siswa          lebih mudah memahami konsep matematika dan membuat anak-anak menjadi senang.
  11. Terapkan Diskusi
  12.  Lakukanlah diskusi dalam pemecahan saoal-soal yang belum dipahami siswa,baik secara diskusi antar teman ataupun antar kelompok dengan bimbingan dari guru.
B.Tips untuk para orang tua agar anaknya menyukai matematika
  1. Tanamkan konsep pada diri anak
  2.   sebagai orang tua kita  harus mampu menanamkan konsep pada diri anak kita,bahwa matematika bukanlah pelajaran yang sulit,tetapi matematika merupakan pelajaran yang unik dan menyenangkan,sehingga anak yang takut akan matematika menjadi tertarik untuk mempelajarinya.
  3. Mengawasi anak belajar dirumah
  4. Kita harus selalu mengawasi dan member dukungan pada anak agar mau belajar matematika,misalnya dengan memberi pujian atau hadiah jika ia memperoleh nilai bagus,tapi jika nilainya kurang bagus jangan marahi anak.Berilah ia dukungan agar lebih giat belajar.
  5. Membantu anak mengerjakan PR
  6.  Setidaknya sebagai orang tua yang baik,kita setidaknya menguasai sedikit materi matematika yang diperoleh anak di sekolah,sehingga kita dapat memberi masukan atau bantuan dalam mengerjakan tugas rumah anak.
C Tips untuk para peserta didik agar mencintai matematika
  1. Jadikan matematika sebagai hobby
  2.   Tanamkan pada diri kita untuk menjadikan  matematika sebagai hal-hal yang kita senangi,misalnya ketika kita berhasil menjawab soal matematika,maka akan timbul rasa puas dan membuat kita semakin percaya diri akan kemampuan kita.
  3.  Kenali,pahami dan cintai keunikan matematika
  4.  Kita akan mudah memahami matematika jika kita telah mengenal matematika dan akhirnya kita akan mencintai matematika jika kita sudah tau keunikan yang tersimpan dalam pelajaran matematika.
  5.  Perbanyak belajar dan latihan mengerjakan soal-soal matematika
  6.  Matematika harus dipelajari secara bertahap mulai dari dasar.Kita harus sering latihan mengerjakan soal-soal matematika,karena biasanya soal matematika dibuat dengan berbagai bentuk,tapi pada dasarnya kita akan mudah mengerjakan soal-soal matematika jika kita mampu memahami konsep yang ada didalamnya.Bagaimanapun bentuk soalnya dibuat kita pasti bisa memecahkannya.
  7. Bersabar
  8.  Kita harus tetap bersabar dalam memecahkan soal matematika,karena secara perlahan dan dengan ketelitian maka soal tersebut pasti bisa dipecahkan.
  9. Jangan pernah menyerah
  10.   Dalam mempelajari matematika hindarilah kata MENYERAH,sebab menyerah adalah awal dari kegagalan,tetaplah berusaha dan mencari sumber-sumber informasi dari buku atau dari orang yang lebih pintar.INGAT! ”Malu Bertanya Sesat Dijalan”.

Rabu, 30 Mei 2012

PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI INDONESIA


Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknyauntuk memperoleh hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah melalui kegiatan pengajaran.
Banyak sekolah-sekolah yang telah melaksanakan pembelajaran matematika dengan baik yaitu meningkatkan mutu dan kualitas peserta didik, pembelajaran matematika yang mudah dan menyenangkan perlu terus dikembangkan. Berbagai konsep, metode, dan strategi perlu dikembangkan agar terciptanya pembelajaran khususnya di bidang matematika yang selama ini dianggap siswa tidak menyenangkan menjadi menyenangkan dan perlu ada kreatifitas guru. Guru bisa saja memanfaatkan metode pembelajaran matematika yang berkembang di luar kelas jika memang bisa membantu terciptanya belajar matematika yang menyenangkan.
Perkembangan pembelajaran matematika di Indonesia sangat memprihatinkan, karena rendahnya penguasaan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia Indonesia untuk berkompetensi secara global. Indonesia adalah sebuah negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun       masih rendahnya kemampuan anak Indonesia di bidang matematika, mereka beranggapan bahwa pembelajaran matematika itu sulit, serta kurangnya jumlah pengajar yang mengikuti perkembangan matematika. Sekarang di Indonesia sudah ada wadah yang peduli pada pelajaran matematika, namanya yaitu YPMI (Yayasan Peduli Matematika Indonesia) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran matematika di SD, SMP, SMA di Indonesia. Dalam kemajuan pembelajaran matematika sekarang belum mampu menciptakan pemetaan kemampuan siswa di bidang matematika antar sekolah maupun antar daerah, serta menghasilkan siswa-siswi yang memiliki kemampuan istimewa di bidang matematika. Sebaiknya pihak sekolah, guru, siswa dan pemerhati pendidikan, pemerintah, lebih peduli pada pembelajaran matematika di Indonesia sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi kemajuan pembelajaran matematika di Indonesia.
Matematika dikenal sebagai ilmu dasar, pembelajaran matematika akan melatih kemampuan kritis, logis, analitis dan sistematis. Tetapi peran matematika tidak hanya sebatas hal tersebut, seperti bidang lain, seperti fisika, ekonomi, biologi tidak terlepas dari peran matematika. Tetapi kemajuan ilmu fisika itu sendiri tidak akan tercapai tanpa peran matematika dan perkembangan matematika itu sendiri.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar (Sanjaya, 2008).
Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subyek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian kalau dalam istilah “mengajar (pengajaran)” atau teaching menempatkan guru sebagai “pemeran utama”memberikan informasi, maka dalam “instruction” guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, me-manage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, di mana peran guru lebih ditekankan pada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu (Sanjaya, 2008).
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Dewasa ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menjamin terlaksananya pembelajaran bermakna para peserta didik, didorong membangun sendiri pemahamannya, dan guru berperan sebagai fasilitator. Guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan bagi peserta didik. Sumber pengetahuan tersebut sesunguhnya demikian banyak dan semuanya berada dalam lingkungan sekitar. Sehingga peserta didik dituntut lebih aktif dan kreatif dalam belajar.
Kreatifitas pembelajaran matematika di Indonesia ini perlu terus dikembangkan, karena itu matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan dunia nyata sehingga siswa senang.
Metoda-metoda dan strategi pembelajaran yang sudah diterapkan di Indonesia begitu banyak, namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga guru pun masih bingung untuk menerapkan metode pembelajaran yang baik untuk peserta didiknya.
Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, keadaan yang sebenarnya adalah belum sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran yang diterapkan hampir semua sekolah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain pembelajaran yang kreatif. Seperti metode yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan pengajaran bermakna, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur berbagai pembelajaran meruapakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan karena itu pemilihan metode strategi dari pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi para guru. Namun di  Indonesia ini para guru masih belum mampu dan mau menerapkannya. Sehingga peserta didik hanya sering mendengarkan ceramah tanpa memperdulikan sebagian peserta didik yang pemahamannya kurang dan sulit menangkap penjelasan guru. Sehingga guru-guru tersebut perlu tindakan lain agar pembelajaran matematika tersebut berkembang sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yan memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Berbagai pendekatan pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberitahu konsep/ teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran siswa dan siswa menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa menjawab soal dengan benar-benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan.
Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka. Perubahan cara berpikir yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa hasil belajar siswa merupakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktifitas belajarnya.
Di dalam pembelajaran tidak pernah terlepas dari yang namanya kurikulum, di Indonesi kurikulum yang di pakai adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum dan pembelajaran merupakan sangat penting dan saling membutuhkan. Apa yang dideskripsikan dalam kurikulum harus memberikan petunjuk dalam proses pembelajaran di kelas. Seiring dengan perkembangan zaman perkembangan baru dalam bidang teknologi informasi, ternyata berdampak terhadap perubahan dan peran tanggung jawab guru. Oleh karena itu, setiap guru bukan hanya perlu memahami hakikat dan makna pembelajaran beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya, akan tetapi di tuntut penguasaan sejumlah kompetensi untuk dapat mengaplikasikannya di lapangan dalam rangka proses pembelajaran siswa, terutama pada bidang atau mata pelajaran matematika.
Dengan semangat KTSP seharusnya bembelajaran matematika lebih berkembang dari segi konsep mengajar, teori-teori belajar, dan strategi pembelajarannya. Juga seiring berkembangnya teknologi, pembelajaran matematika justru lebih terarah dengan baik. Dengan menggunakan media pembelajaran seperti computer, bias menghadirkan benda-benda untuk dijadikan contoh dalam bentuk gambar atau animasi yang lebih menarik dan berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan siswa lebih menyenagnkan dan tidak membosankan. Selain itu juga mempercepat proses pembelajaran . Pembelajaran model computer memang baru di terapkan di beberapa sekolah saja karena kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya maupun belum siapnya SDM dalam hal tersebut. Di dalam pembelajaran matematika biasanya siswa mengalami kesulitan materi yang sifatnya abstrak, dalam masalah tersebut seharusnya menggunakan sebuah media atau alat peraga, maka di situlah peran alat pearaga dan computer sebagai alat pembelajaran.
Ada beberapa factor, yaitu factor yang mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran yang di antaranya factor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta factor lingkungan. Hal tersebut lah yang kadang menghambat berkembangnya proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan yang akan di capai. Oleh karena itulah, penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses penagajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya , sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah metode dam strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, di Indonesia masih banyak yang menggunakan metode tersebut, seharusnya menggunakan metode , seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu maupun dengan media seperti alat peraga dan computer.
Tujuan pembelajaran matematika yaitu : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, marancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirka solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagaram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa  ingin tahu , perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah ( Depdiknas, 2006). Berdasarkan tujuan tersebut pemerintah telah melakukan pembaharuan dan usaha untuk melakukan perbaikan pada system pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, dengan meningkatkan kemampuan guru melalui penataran. Meskipun demikian, hasi belajar siswa masih rendah khususnya pada` pelajaran matematika, kenyataan setiap UN (Ujian Nasional) rata-rata siswa yang tidak lulus adalah mata pelajaran matematika. Hal tersebut merupakan masalah bagi pengajar untuk memilih metode mengajar yang menarik perhatian siswa untuk belajar sehingga menimbulkan minat dan motivasi bagi siswa utnuk berprestasi yang juga akan mendukung terhadap hasil belajar matematika.
Pada kenyataannya guru-guru banyak yang menyatakan penyebab rendahnya hasil pembelajaran matematika di Indonesia ini adalah siswa kurang mampu memahami materi yang bersifat abstrak, siswa kurang mampu mengaitkan pengetahuan-pengetahuan yang telah mereka miliki, hal tersebut  mengakibatkan siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pelajaran matematika. Kondisi tersebut menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan meningkatkan kualitas penbelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika .
Dapat dilihat, rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses, adalah adanya anggapan bahwa selama ini proses pendidikan di Indonesia yang di bangun oleh guru dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan aspek kognitif tingkat rendah, yang tidak mapi mengembangkan kreativitas berpikir proses pendidikan atau proses belajar mengajar dianggap cenderung menempatkan siswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi dan bahan-bahan hafalan. Komunikasi terjadi satu arah , yaitu guru ke siswa melalui pendekatan ekspositori yang dijadikan sebagai alat utama dalam proses pembelajaran.
Perubahan paradigma pembelajaran ini menuntut perubahan proses pembelajaran dan hal lain termasuk yang berkaitan dengan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana seharusnya dirangsang agar pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat terlaksanana secara optimal. Pada kenyataannya sebagian besar sarana dan prasarana pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia belum mendukung terlaksananya pembelajaran yang diinginkan. Kondisi saat ini menunjukkan banyak sekolah di Indonesia belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai baik dalam hal kuantitas dan kualitas sehingga khususnya dalam pembelajaran matematika itu sendiri harus ada sarana dan prasarana seperti alat peraga, komputer dan sebagainya.
Sarana dan prasarana tersebut sangat penting untuk kemajuan pembelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai displin dan memajukan daya pikir manusia.
Dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah konstektual, peserta didik secara bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, seharusnya sekolah menggunakan, seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Sebagai orang professional, guru memiliki lima tugas pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran. Menindaklanjuti hasil pembelajaran, sisa melakukan bimbingan dan konseling. TIK tentunya dapat berperan pada kelima tugas pokok tersebut yang dilakukan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Penggunaan media pembelajaran sangat penting, karena media pembelajaran dapat menjadikan pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif menjadi lebih menarik dan berkesan, sehingga pengalaman belajar  dirasakan siswa lebih konkret. Selain itu penggunaan computer sebagai media pembelajaran bisa memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan mempermudah siswa untuk menyerap apa yang dismapaikan guru. Pembelajaran melalui computer adalah bentuk pembelajaran yang dirancang secara individual dengan cara siswa berinteraksi secara langsung  dengan materi pelajaran yang di program secara khusus melalui system computer. Dengan demikian , melalui computer siswa dapat belajar sendiri dari mulai pengenalan tujuan yang harus dicapai, pengalaman belajar yang harus dilakukan sampai mengetahui tingkat keberhasilannya sendidri dalam pencapaian tujuan. Namun, dengan ketidak tersedianya alat-alat yang mendukung pembelajaran matematika maka guru kadang juga kesulitan, walaupun berbagai metode telah di gunakannya.
TIK dapat berperan disini pada saat pembelajaran, komputer dapat digunakan sebagai media. Tentunya ini akan menambah daya tarik bagi siswa dalama belajar. Sifat monoton pada penyajian konvensional dapat dikurangi sehingga pembelajaran matematika yang selama ini dianggap menakutkan tidak perlu terjadi karena prosenya diberikan secara menarik dan menyenangkan.
Namun hal tersebut belum berkembang di dalam pembelajaran matematika di sekolah-sekolah, dikarenakan sarana dan prasarana yang belum memadai dan SDM yang belum siap dengan pembelajaran matematika menggunakan TIK. Hanya sekolah-sekolah unggulan yang mampu menyediakan teknologi dan SDM yang berkompeten. Padahal guru dapat memanfaatkan TIK dalam membantu pelaksanaan tugas pokoknya menjadi lebih baik.
Setiap proses pembelajaran pasti  menampakkan keaktifan orang yang belajar. Dalam pembelajaran matematika yang paling penting dilaksanakan adalah proses berfikir. Siswa dilatih untuk mengembangkan kemamapuan berfikir logis, analitis, sistematis dan konsisten. Untuk membantu dalam proses berfikir tersebut gambar dan atau animasi dapat digunakan sehingga siswa akan lebih mudah dan kesulitan yang di alami teratasi.Maka, pembelajaran di Indonesia yang sifatnya masih monoton dengan berbagai metode dan strategi harus di kembangkan agar tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran matematika memanglah sulit, namun kesulitan itu dapat menjadi mudah ketika siswa sudah tertarik dengan metode yang di terapkan gurunya dapat menyenangkan, menarik perhatiannya dan memotivasinya untuk belajar matematika.
pixelstats trackingpixel
Related posts:
  1. Membuat File Pembelajaran Dinamis Dengan Wingeom Dewasa ini semakin banyak program-porgram aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk...
  2. Pendekatan Pembelajaran Problem Posing Problem posing merupakan istilah Bahasa Inggris, dalam Bahasa Indonesia adalah...
  3. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi...

Rabu, 23 Mei 2012

Tips menghafal yang efektif dan efisien

Dalam konteks belajar, menghafal merupakan suatu kegiatan " menginput " informasi atau ilmu pengetahuan ke dalam otak dengan tujuan agar dapat " dioutputkan" pada jangka waktu mendatang baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Menghafal merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Menghafal tidak dapat 100 % dikatakan memahami dan begitu pula sebaliknya, menghafal belum tentu
memahami dan memahami juga belum tentu menghafal, karena secara garis besar menghafal dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :

1. Menghafal yang kontekstual, artinya antara input dan output hafalan harus sama bunyi dan redaksi kalimatnya, seperti menghafal kitab - kitab suci maupun kitab hukum dsb.

2. Menghafal yang non kontekstual, artinya antara input dan output hafalan tidak harus sama bunyi dan redaksi kalimatnya, namun antara output dan input terdapat kesamaan dalam ide - ide pokok hafalannya.

jenis hafalan yang kedua dapat dikatakan memahami. Biasanya hafalan jenis ini lebih mudah dilakukan dari pada yang pertama.

Berbicara mengenai efektifitas dan efisiensi, maka kita juga akan berbicara mengenai penggunaan sumber - sumber daya ( biaya dan waktu ) yang seminim mungkin untuk menghasilkan hasil yang maksimal , oleh karena itu terdapat beberapa langkah - langkah untuk menghafal secara efisien dan efektif :

1. Identifikasi Jenis dan materi hafalan.
Baca dan perhatikan materi yang akan dihafal, untuk jenis hafalan yang non kontekstual maka usahakanlah untuk memahami maksud materi tersebut terlebih dahulu, karena hal itu akan mempermudah anda ketika akan menghafal nantinya.Pilih waktu yang tepat
Usahakan memilih waktu menghafal yang menurut anda mendukung, masing - masing orang punya selera waktu yang berbeda, ada yang lebih menyukai waktu pagi hari, siang hari, malam hari, bahkan tengah malam.

2. Pasang target waktu.
Hal ini penting untuk dilakukan, agar anda terpacu untuk menyelesaikan hafalan tepat pada waktunya. Oleh karena itu sebelum menentukan target estimasikan kemampuan anda, apakah 1 bab kitab hukum pidana dapat anda hafal hanya dalam waktu kurang dari 5 menit saja.( hehehe judul babnya aja kali ya..)

3. Corat - coret.
Corat - coret yang dimaksud ialah memberikan tanda dan penekatan pada kata - kata kunci materi yang akan dihafal, bisanya dengan menggaris bawahi atau menandainya dengan stabilo pen. Bahkan anda dapat menulis ulang materi yang akan dihafal per bagian, hal ini telah teruji lebih meningkatkan kecepatan dalam menghafal, karena ketika proses menulis secara tidak sadar anda sedang " memperkenalkan " materi yang akan anda hafal kepada otak anda ( kalo dah kenal maka otak akan menjadi sayang pada si materi sehingga akan gampang masuknya, hehehehe ).

4. Do it step by step
ya lakukan secara perlahan dan sistematis, jangan berambisi untuk mengulang semua materi yang berhasil dihafal pada akhir " acara hafal menghafal " anda. karena hal itu akan menyita waktu, anda akan lebih cepat lupa dan terpaksa harus membuka - buka kembali materi hafalan. Lakukanlah secara perlahan, dan sabar tepatnya ketika anda telah menandai satu bagian maka hafallah bagian itu terlebih dahulu, kemudian beralihlah ke bagian kedua. Setelah bagian kedua berhasil anda hafal maka ulangilah lagi hafalan anda yang pertama dan kedua sebelum menghafal bagian selanjutnya. dan begitulah seterusnya sampai semua bagian terhafal, hal ini secara tidak langsung " memaksa " anda mereview berkali - kali hafalan anda, namun anda tidak sadar akan hal itu.

5. Jangan mengulang hafalan menjelang ujian.
Mengulang - ulang hafalan menjelang ujian dijamin akan membuyarkan konsentrasi anda, bagaimana tidak ? suasana menjelang ujian tentu akan membuat otak anda tidak bisa berkonsentrasi dan akhirnya menjadikan anda kurang pe de, jika anda kurang pe de menghadapi ujian maka bisa ditebak apa yang akan terjadi. yang paling memungkinkan anda lakukan ialah membaca kembali materi - materi ujian, dan fokuskanlah pada hal - hal yang belum anda hafal atau tidak termasuk dalam daftar hafalan anda. Terkadang ada soal - soal ujian yang meterinya tidak masuk daftar hafalan anda, dengan membacanya sebelum ujian akan mempermudah anda ketika menjawab soal model ini, setidaknya anda memiliki gambaran tentang model jawaban yang bisa anda berikan.

6. Anda tertarik menyimpan hafalan tersebut di otak anda ?
jika anda tertarik, maka ulangilah terus hafalan tersebut setiap saat. Hal ini kadang kala penting sekali untuk dilakukan pada jenis hafalan yang kontekstual dan akan digunakan terus menerus pada masa yang akan datang seperti hafalan Ayat - ayat suci Al-quran yang dapat digunakan pada setiap waktu sholat. tapi jika anda tidak tertarik maka masukkanlah pada " bungker pengelupaan" ( hehehe, meminjam istilah DR. yusuf qardhawi ), namun tentu akan menjadi sia - sia usaha anda jika hafalan anda terlupakan begitu saja tanpa bisa memberikan manfaat lainnya, adalah hal terbaik yang bisa anda lakukan ialah memahami esensi ilmu yang berhasil anda hafal dan aplikasikanlah sebisa mungkin pada kehidupan nyata.

Senin, 26 Maret 2012

Tugas 1 (Bahan UAS)

1. Jelaskan perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri!
    Jawaban:
    Sejak tahun 1968, di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum matematika  sekolah.Berdasarkan tahun terjadinya perubahan untuk tiap kurikulum, maka muncullah nama-nama kurikulum berikut: Kurikulum 1968,Kurikulum 1975,Kurikulum 1984,Kurikulum 1996, dan kurikulum 1999., pada tahun 2002 telah di susun sebuah kurikulum yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan selain itu muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
      Perkembangan pendidikan matematika pada tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Dalam pengajaran Geometri, penekanan lebih pada keterampilan berhitung.Misalnya menghitung luas bangun geometri datar atau volume bangun geometri ruang bukan pada penngertian bagaimana rumus-rumus untuk perhitungan itu di peroleh. (Ruseffendi, 1985,h.33)
  2. Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada pengertian (Ruseffendi,1979,h.2)
  3. Program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan materi pada jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan dunia luar (Ruseffendi,1979,h.4)
  4. Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi serta rasa ingin tahu anak (Ruseffendi,1979,h.5)
      Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam pengajaran matematika di Indonesia. Di awali dengan diterapkannya matematika modern.Menurut Ruseffendi (1979,h.12-14), matematika modern tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
  1. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri, bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno,dan penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral , dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
  2. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan ke pengajaran yang bersifat rutin
  3. Soal-soal yang duberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah daripada yang bersifat rutin.
  4. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan Sekolah lanjutan
  5. Terdapat penekanan pada struktur
  6. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya keberagaman antar siswa
  7. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
  8. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang berpusat pada siswa
  9. Sebagai akibat dari pengajan yang berpusat pada siswa, maka metode pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
  10. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara menarik, misalnya melalui permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.
      Perubahan kurikulum 1975 ke 1984 sebenarnya tidak terlalu banyak baik dari sisi materi maupun cara pengajarannya. Perbedaan utama dengan kurikulum sebelumnya, pada kurikulum 1984 materi pengenalan komputer mulai diberikan.Menurut Ruseffendi (1988,h.102), dimasukannya materi komputer ke dalam kurikulum matematika sekolah merupakan suatu langkah maju. Hal ini dapat di fahami, karena penggunaan alat-alat canggih seperti komputer dan kalkulator dapat memungkinkan siswa untuk dapat melakukan kegaiatan eksplorasi dalam proses matematika mereka baik dengan menggunakan pola-pola bilangan maupun grafik.
      Teori Belajar yang digunakan pada kurikulum 1984 juga lebih bersifat campuran antara teori pengaitan, aliran psikologi perkembangan dan aliran tingkah laku.Pada tahun 1994 terjadi perubahan kurikulum matematika di tingkst SD, SLTP dan SMU.Pada bidang matematik, terdapat beberapa perubahan baik dari sisi materi maupun pengajarannya. Yang menjadi bahan kajian inti untuk matematika SD adalah: aritmetika (berhitung),pengantar aljabar, geometri, pengukuran,dan kajian data (pengantar statistika).Pada kurikulum matematika SD ini terdapat penekanan khusus pada penguasaan bilangan (number sense) termasuk di dalamnya berhitung. Untuk SLTP, bahan kajian intinya mencakup: aritmetika, aljabar, geometri, peluang dan statistika. Dalam kurikulum ini terdapat upaya untuk menanamkan pemikiran deduktif yang ketat melalui struktur deduktif terbatas pada sebagian bahan geometri.Materi matematika untuk SMU terdapat sedikit perubahan yakni dimasukannya pengenalan teori graf yang merupakan bagian dari matematika diskrit.
      Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki kurikulum matematika sekolah tahun 1994, perubahan yang sangat mendasar terjadi di sekolah dasar. Perubahan tersebut adalah adaanya penekanan khusus yang diberika pada penguasaan bilangan, termasuk di dalammya berhitung. Implikasi dari perubahan ini,adalah digunakannya kembali dominan teori belajar dari “Skinner.”Sementara itu, pengajaran matematika untuk tingkat SLTP dan SMU nampaknya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Dengan demikian untuk tingkat SLTP dan SMU teori belajar yang digunakan dalam proses belajar-mengajar masih bersifat campuran dengan dominasi ada pada penerapan aliran psikologi perkembangan.
      Sebagai langkah penyempurnaan pada kurikulum 1994, terjadi sejumlah reduksi serta restrukrisasi materi bahan ajar sehingga muncul Kurikulum 1994. Sebagai contoh, beberapa bagian dari pokok bahasan himpunan di SLTP dihilangkan, dan pengantar teori graf di SMU juga dihilangkan. Selain itu, terdapat juga perubahan-perubahan kecil dan penyusunan kembali urutan penyajian untuk pokok-pokok bahasan tertentu. Selain dari hal tersebut, sebagian besar materi Kurikulum 1999 hampir sama dengan Kurikulum 1994. Dengan demikian, teori belajar yang digunakan pada Kurikulum 1999 ini masih sama dengan yang digunakan pada implementasi kurikulum sebelumnya.
      Pada tahun 2002, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum baru yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi. Beberapa ciri penting dari kurikulum tersebut adalah:
  1. Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu, maka kurikulum 2002 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
  2. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
  3. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah; kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi

  4. Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran, pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi
  5. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi
  6. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran, trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi
  7. Kurikulum berbasis kompetensi ini secara garis besarnya mencakup tiga kompenen yaitu kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar
  8. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan merupakan pokok bahasan tersendiri,melainkan harus dicapai melalui proses belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
      Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki pandangan anak sebagai pengembang pengetahuan,adanya penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah, berfikir logis,kritis dan kreatif serta mengkominukasikan gagasan secara matematik, maka teori belajar yang dominan digunakan kemungkinan adalah aliran psikologi perkembangan serta kontruktivisme.

2. Jelaskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)!
    Jawaban:
    KTSP adalah kurikulum organisasi yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan urikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
      Perkembangan KTSP juga harus memperhatika pilar-pilar pendidikan yang berkembang di abad ini:
  1. Belajar untk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
  2. Belajar untuk memahami dan menghayati
  3. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
  4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain
  5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
      Pilar-pilar pembelajaran yang dirumuskan  BSNP di atas merupakan hasil kajian terhadap 6 pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO. Keenam pilar pendidikan itu adalah:
  1. Learning to Know
  2. Learning to Do
  3. Learning ti Be
  4. Learning to Live Together
  5. Learn How to Learn
  6. Learning Throughout Life

3. Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi. Jelaskan     kurikulum berbasis kopetensi?
    Jawab:

    Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.
   Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya


4. Jelaskan tujuan pembelajaran matematika sekolah!
    Jawab:
  1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi.
  2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
  3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
  4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau    mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan
5. Apa saja tahap-tahap dalam pemecahan masalah?
    Jawab:
    Untuk dapat memecahkan masalah diperlukan tahap-tahap pemecahan masalah dan strategi pemecahan masalah. Polya (1973: 5) menyarankan untuk membagi proses pemecahan masalah ke dalam empat tahap, yaitu:
1. Memahami masalah. Pada tahap ini kita harus dapat mengidentifikasi hal-hal yang diketahui, hal-hal yang         ditanyakan dan syarat syarat yang ada. Apabila diperlukan kita dapat membuat gambar/diagram untuk           memperjelas situasinya. Setelah informasi yang diperoleh sudah lengkap, kita harus dapat mengorganisasi       dan menghubung-hubungkan informasi-informasi tersebut.
2. Menyusun rencana. Pada tahap ini kita harus dapat menentukan apakah kita pernah menghadapi masalah       tersebut ataupun masalah lain yang serupa. Selain itu kita harus memikirkan masalah lain yang terkait               dengan masalah yang sedang dihadapi. Selanjutnya kita harus menentukan strategi yang sesuai untuk               memecahkan masalah tersebut. Pengertian strategi pemecahan masalah adalah cara atau metode yang             sering digunakan dan berhasil pada proses pemecahan masalah. Beberapa strategi pemecahan masalah           yang sering digunakan adalah:
     a. Menebak dan memeriksa
     b. Membuat gambar/diagram
     c. Mencari pola
     d. Membuat daftar yang sistematis
     e. Bergerak dari belakang
     f.  Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih sederhana
     g. Menyelesaikan bagian per bagian dari masalah
     h. Menyatakan masalah dengan cara lain
     i. Memperhitungkan setiap kemungkinan
     j. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
    k. Membuat model matematika
3. Melaksanakan rencana. Pada tahap ini kita melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan setiap kali       mengecek kebenaran di setiap langkah. Dapatkah kita melihat bahwa setiap langkah yang kita lakukan           sudah benar? Dapatkah kita membuktikan bahwa setiap langkah yang kita lakukan sungguh benar?
4. Menguji kembali. Pada tahap ini kita harus memeriksa hasil diperoleh. Apakah hasil tersebut sudah sesuai       dengan masalahnya atau tidak.

6. Jelaskan Kurikulum tahun 1984!
    Jawab:
    Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor  IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh
di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

Daftra Pustaka
Departemen P dan K.(1993). Kurikulum Pendidikan Dasar 1994.Jakarta:CV Aneka Ilmu
Dakir,H.2004.Perencanaa dan Perkembangan Kurikulum.Jakarta:PT Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi