Senin, 26 Maret 2012

Tugas 1 (Bahan UAS)

1. Jelaskan perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri!
    Jawaban:
    Sejak tahun 1968, di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum matematika  sekolah.Berdasarkan tahun terjadinya perubahan untuk tiap kurikulum, maka muncullah nama-nama kurikulum berikut: Kurikulum 1968,Kurikulum 1975,Kurikulum 1984,Kurikulum 1996, dan kurikulum 1999., pada tahun 2002 telah di susun sebuah kurikulum yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan selain itu muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
      Perkembangan pendidikan matematika pada tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Dalam pengajaran Geometri, penekanan lebih pada keterampilan berhitung.Misalnya menghitung luas bangun geometri datar atau volume bangun geometri ruang bukan pada penngertian bagaimana rumus-rumus untuk perhitungan itu di peroleh. (Ruseffendi, 1985,h.33)
  2. Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada pengertian (Ruseffendi,1979,h.2)
  3. Program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan materi pada jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan dunia luar (Ruseffendi,1979,h.4)
  4. Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi serta rasa ingin tahu anak (Ruseffendi,1979,h.5)
      Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam pengajaran matematika di Indonesia. Di awali dengan diterapkannya matematika modern.Menurut Ruseffendi (1979,h.12-14), matematika modern tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
  1. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri, bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno,dan penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral , dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
  2. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan ke pengajaran yang bersifat rutin
  3. Soal-soal yang duberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah daripada yang bersifat rutin.
  4. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan Sekolah lanjutan
  5. Terdapat penekanan pada struktur
  6. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya keberagaman antar siswa
  7. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
  8. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang berpusat pada siswa
  9. Sebagai akibat dari pengajan yang berpusat pada siswa, maka metode pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
  10. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara menarik, misalnya melalui permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.
      Perubahan kurikulum 1975 ke 1984 sebenarnya tidak terlalu banyak baik dari sisi materi maupun cara pengajarannya. Perbedaan utama dengan kurikulum sebelumnya, pada kurikulum 1984 materi pengenalan komputer mulai diberikan.Menurut Ruseffendi (1988,h.102), dimasukannya materi komputer ke dalam kurikulum matematika sekolah merupakan suatu langkah maju. Hal ini dapat di fahami, karena penggunaan alat-alat canggih seperti komputer dan kalkulator dapat memungkinkan siswa untuk dapat melakukan kegaiatan eksplorasi dalam proses matematika mereka baik dengan menggunakan pola-pola bilangan maupun grafik.
      Teori Belajar yang digunakan pada kurikulum 1984 juga lebih bersifat campuran antara teori pengaitan, aliran psikologi perkembangan dan aliran tingkah laku.Pada tahun 1994 terjadi perubahan kurikulum matematika di tingkst SD, SLTP dan SMU.Pada bidang matematik, terdapat beberapa perubahan baik dari sisi materi maupun pengajarannya. Yang menjadi bahan kajian inti untuk matematika SD adalah: aritmetika (berhitung),pengantar aljabar, geometri, pengukuran,dan kajian data (pengantar statistika).Pada kurikulum matematika SD ini terdapat penekanan khusus pada penguasaan bilangan (number sense) termasuk di dalamnya berhitung. Untuk SLTP, bahan kajian intinya mencakup: aritmetika, aljabar, geometri, peluang dan statistika. Dalam kurikulum ini terdapat upaya untuk menanamkan pemikiran deduktif yang ketat melalui struktur deduktif terbatas pada sebagian bahan geometri.Materi matematika untuk SMU terdapat sedikit perubahan yakni dimasukannya pengenalan teori graf yang merupakan bagian dari matematika diskrit.
      Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki kurikulum matematika sekolah tahun 1994, perubahan yang sangat mendasar terjadi di sekolah dasar. Perubahan tersebut adalah adaanya penekanan khusus yang diberika pada penguasaan bilangan, termasuk di dalammya berhitung. Implikasi dari perubahan ini,adalah digunakannya kembali dominan teori belajar dari “Skinner.”Sementara itu, pengajaran matematika untuk tingkat SLTP dan SMU nampaknya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Dengan demikian untuk tingkat SLTP dan SMU teori belajar yang digunakan dalam proses belajar-mengajar masih bersifat campuran dengan dominasi ada pada penerapan aliran psikologi perkembangan.
      Sebagai langkah penyempurnaan pada kurikulum 1994, terjadi sejumlah reduksi serta restrukrisasi materi bahan ajar sehingga muncul Kurikulum 1994. Sebagai contoh, beberapa bagian dari pokok bahasan himpunan di SLTP dihilangkan, dan pengantar teori graf di SMU juga dihilangkan. Selain itu, terdapat juga perubahan-perubahan kecil dan penyusunan kembali urutan penyajian untuk pokok-pokok bahasan tertentu. Selain dari hal tersebut, sebagian besar materi Kurikulum 1999 hampir sama dengan Kurikulum 1994. Dengan demikian, teori belajar yang digunakan pada Kurikulum 1999 ini masih sama dengan yang digunakan pada implementasi kurikulum sebelumnya.
      Pada tahun 2002, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum baru yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi. Beberapa ciri penting dari kurikulum tersebut adalah:
  1. Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu, maka kurikulum 2002 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
  2. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
  3. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah; kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi

  4. Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran, pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi
  5. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi
  6. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran, trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi
  7. Kurikulum berbasis kompetensi ini secara garis besarnya mencakup tiga kompenen yaitu kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar
  8. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan merupakan pokok bahasan tersendiri,melainkan harus dicapai melalui proses belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
      Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki pandangan anak sebagai pengembang pengetahuan,adanya penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah, berfikir logis,kritis dan kreatif serta mengkominukasikan gagasan secara matematik, maka teori belajar yang dominan digunakan kemungkinan adalah aliran psikologi perkembangan serta kontruktivisme.

2. Jelaskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)!
    Jawaban:
    KTSP adalah kurikulum organisasi yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan urikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
      Perkembangan KTSP juga harus memperhatika pilar-pilar pendidikan yang berkembang di abad ini:
  1. Belajar untk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
  2. Belajar untuk memahami dan menghayati
  3. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
  4. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain
  5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
      Pilar-pilar pembelajaran yang dirumuskan  BSNP di atas merupakan hasil kajian terhadap 6 pilar pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO. Keenam pilar pendidikan itu adalah:
  1. Learning to Know
  2. Learning to Do
  3. Learning ti Be
  4. Learning to Live Together
  5. Learn How to Learn
  6. Learning Throughout Life

3. Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi. Jelaskan     kurikulum berbasis kopetensi?
    Jawab:

    Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.
   Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya


4. Jelaskan tujuan pembelajaran matematika sekolah!
    Jawab:
  1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi.
  2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
  3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
  4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau    mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan
5. Apa saja tahap-tahap dalam pemecahan masalah?
    Jawab:
    Untuk dapat memecahkan masalah diperlukan tahap-tahap pemecahan masalah dan strategi pemecahan masalah. Polya (1973: 5) menyarankan untuk membagi proses pemecahan masalah ke dalam empat tahap, yaitu:
1. Memahami masalah. Pada tahap ini kita harus dapat mengidentifikasi hal-hal yang diketahui, hal-hal yang         ditanyakan dan syarat syarat yang ada. Apabila diperlukan kita dapat membuat gambar/diagram untuk           memperjelas situasinya. Setelah informasi yang diperoleh sudah lengkap, kita harus dapat mengorganisasi       dan menghubung-hubungkan informasi-informasi tersebut.
2. Menyusun rencana. Pada tahap ini kita harus dapat menentukan apakah kita pernah menghadapi masalah       tersebut ataupun masalah lain yang serupa. Selain itu kita harus memikirkan masalah lain yang terkait               dengan masalah yang sedang dihadapi. Selanjutnya kita harus menentukan strategi yang sesuai untuk               memecahkan masalah tersebut. Pengertian strategi pemecahan masalah adalah cara atau metode yang             sering digunakan dan berhasil pada proses pemecahan masalah. Beberapa strategi pemecahan masalah           yang sering digunakan adalah:
     a. Menebak dan memeriksa
     b. Membuat gambar/diagram
     c. Mencari pola
     d. Membuat daftar yang sistematis
     e. Bergerak dari belakang
     f.  Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih sederhana
     g. Menyelesaikan bagian per bagian dari masalah
     h. Menyatakan masalah dengan cara lain
     i. Memperhitungkan setiap kemungkinan
     j. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
    k. Membuat model matematika
3. Melaksanakan rencana. Pada tahap ini kita melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan setiap kali       mengecek kebenaran di setiap langkah. Dapatkah kita melihat bahwa setiap langkah yang kita lakukan           sudah benar? Dapatkah kita membuktikan bahwa setiap langkah yang kita lakukan sungguh benar?
4. Menguji kembali. Pada tahap ini kita harus memeriksa hasil diperoleh. Apakah hasil tersebut sudah sesuai       dengan masalahnya atau tidak.

6. Jelaskan Kurikulum tahun 1984!
    Jawab:
    Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor  IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh
di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.

Daftra Pustaka
Departemen P dan K.(1993). Kurikulum Pendidikan Dasar 1994.Jakarta:CV Aneka Ilmu
Dakir,H.2004.Perencanaa dan Perkembangan Kurikulum.Jakarta:PT Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi